Assalamu'alaikum warga maya , agak busy lately sehingga macam xde masa plak nak update blog but alhamdulilah masih diberi ruang dan kesempatan untuk meninta dalam blog yang tak seberapa ini . Dalam beberapa hari ni banyak peristiwa berlaku yang berkaitan dengan marah jadi saya tiba-tiba tertarik plak nak cerita tentang "marah-marah " nie sebab saya antara yang sering kali menjadi mangsa marah tapi berdiam diri dan mengalah itu lebih elok dari membalas dengan kemarahan jua sebab macam orang selalu cakap kan " Sabar itu separuh dari iman" jadi why not menahan sabar dari duk marah tak tentu pasal sampai aib diri pun terlondeh sana sini ... Sayanglah kalau umur je matang but sikap tak matang samapai marah-marah je ... menambah dosa orang lain mengumpat kita dan membuatkan orang lain benci dengan kita .. Nauzubillah.. taknak lah ada sikap ni dalam diri ...
Salah satu sifat yang melekat pada setiap manusia adalah marah. Sifat marah adalah luapan kekecewaan, kekesalan dan kebencian yang kemudian ditumpahkan dengan perasaan, ekspresi wajah, gerak tubuh, kata-kata dan tindakan. Terjadinya sifat marah dapat diakibatkan sakit hati, kekesalan dan rasa kecewa. Contohnya seseorang yang dihina oleh orang lain, maka muncul sifat marah pada orang yang dihina tersebut. Setiap manusia diperbolehkan marah, selama kemarahan itu wajar dan terkendali. Bukan kemarahan yang berlebihan, tanpa kendali dan tidak profesional.
Betapa banyak manusia tidak mampu mengendalikan marah. Contohnya seorang Ibu yang memerintahkan anaknya untuk belajar, tapi kerana anaknya tidak mahu mengikuti perintah ibunya tersebut, maka Sang Ibu memarahi anaknya sambil merobek buku pelajaran Sang Anak. Atau seorang suami yang meminta istrinya memasak makanan kesukaan Sang Suami, tapi kerana istrinya tidak melakukannya, maka Sang Suami menampar dan menendang Sang Istri, sambil membanling perlengkapan masak. Pada situasi lain terjadi seorang istri bertengkar dengan suaminya karena cemburu, dalam pertengkaran tersebut sampai terjadi suami melemparkan pinggan ke arah istrinya, sementara istri melemparkan gelas ke arah suaminya. Bahkan pintu kamar istrinya juga ditendang oleh suaminya.
Bentuk berlebih-lebihan dalam situasi di atas misalnya adalah hanya karena anak tidak mahu diperintahkan belajar, buku pelajaran anak dirobek-robek.
Padahal apa kesalahan buku terhadap orang tua yang marah itu ? Atau kenapa istri yang dimarahi oleh suami, tetapi perlengkapan masak dibanling ?
Kemarahan yang tidak terkendali hanya menimbulkan penderitaan, rasa kebencian, dendam, jatuhnya sasaran kemarahan yang serampangan dan korban yang jauh lebih besar daripada penyebab kemarahannya. Allah SWT berfirman yang artinya : “Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang bertakwa. (Yaitu) orang yang berinfak baik pada waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan marahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali-Imran : 134) Rasulullah SAW bersabda yang artinya : “Bukanlah orang kuat itu yang kuat dalam berkelahi, akan tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu mengendalika hawa nafsunya ketika marah”. (HR. Bukhari dan Muslim) Dalam hadits lain Rasulullah SAW juga bersabda : “Barangsiapa menahan marahnya, maka Allah akan menahan siksa-Nya…” (HR. Thabrani dan Baihaqi) Imam al-Ghazali menyebutkan tingkatan manusia dikaitkan dengan kemarahannya, dapat dikelompokkan kepada tiga jenis, yaitu :
1. Tafrith, yaitu orang yang tidak memiliki kemarahan sama sekali atau hilang marahnya. Dia serba tak acuh terhadap segala yang terjadi di sekelilingnya. Bahkan terhadap segala penghinaan, penyelewengan agama sekalipun dia tidak memiliki sifat marah sama sekali.
2. Ifrath. Yaitu orang yang berlebih-lebihan dalam kemarahannya. Orang ini hanya disebabkan oleh satu kesalahan sedikit atau kekecewaan sedikit saja yang disebabkan orang lain, maka dia akan marah tanpa kendali. Kata-katanya kotor, gayanya menyeramkan, tindakannya kasar dan kejam, segala sesuatu akan menjadi sasaran kemarahannya.
3. I’tidal, yaitu orang yang mampu mengendalikan marah, ketika muncul. Orang ini kalau marah mudah memaafkan. Dan penyebab kemarahannya juga adalah sesuatu yang sudah keterlaluan, termasuk penghinaan agama dan perendahan derajat manusia secara berlebihan.
Imam Al-Ghazali menyebut bahwa orang kelompok ketigalah yang terbaik. Rasulullah SAW memberiken kiat kepada kita untuk mengendalikan marah : Kalau kita sedang berdiri lalu marah, cobalah duduk untuk mengurangi marah. Kalau kita sudah duduk masih marah juga, cobalah berbaring. Kalau sudah berbaring, masih marah juga, maka cobalah berwudhu. Kalau setelah berwudhu masih marah juga, maka kita dianjurkan untuk sholat sunnat mutlak, yang disertai doa agar Allah menurunkan marah. Semoga Allah, menjadikan kita manusia yang pandai mengendalikan marah. Amiin....! Samapai sini je lah Tinta Muja-Muja bertinta .. takut nanti makin sumbang pulak rentak tinta insan kerdil seperti saya ini.. Maaf kalau ada yang terasa cuma sebagai panduan dan pedoman untuk kehidupan seharian sebab kita perlu saling mengingat dan menasihati sesama mukmin .. Insha Allah. Wasalam ^_^